Teman

"Teman ada bukan untuk di lupakan." :)

Senin, 26 Januari 2015

Masa Kecil Anak Itu


Pandangan menyedihkan itu terarah padanya, pandangan merendahkan itu terus terarah padanya, pandangan menjijikkan itu lagi-lagi terarah padanya. Perasaan apa ini? Perasaan terasing yang aneh ini. Mereka kenapa? Ada apa? Salah apa? Dia hanya melakukan apa yang ada dipikirannya, itu saja!
Lantas apa artinya ini? Seakan-akan mereka menghakimi seorang anak kecil tak berdaya itu, mengasingkannya, seakan dia tidak ada.
Anak itu heran, teramat sangat heran.
 “Bolehkah aku bergabung ?” cicitnya, lalu perlakuan tak enak itu terjadi lagi, mereka mengabaikannya.
“Ada apa ?”
Anak itu terus sendiri, menjadi pendiam, tak ingin tahu sekitarnya. Dia tumbuh menjadi anak yang tertutup. Dia berjuang, membuktikan diri bahwa dia bisa, membuktikannya bahwa mereka akan menyesal telah mengasingkannya. Dia tidak membuat onar agar mendapat perhatian, tidak. Dia memulai dengan belajar, dia memulai dengan menjadi bintang kelas, dia memulai dengan menjadi anak yang pintar.
Dia bisa, ya dia bisa sendiri tak butuh teman!
Akhirnya mereka melihat keberadaannya, mereka mengakuinya bahwa dia bisa. Anak itu mulai memiliki banyak teman ya hanya teman. Anak itu tidak menganggap mereka tulus dia masih merasa bahwa mereka menerimanya karena dia bisa, dia pintar.
Dia terus melanjutkan perjalanan hidupnya, melihat teman yang sesungguhnya, melihat teman yang bisa membuatnya tertawa, ya teman, hanya teman yang tulus. Seiring berjalannya waktu mereka pasti akan datang, pergi, datang lalu pergi lagi, Anak itu pasti bisa bahagia dengan temannya.

Minggu, 25 Januari 2015

TENTANG DIA?

Sore itu di tengah keramaian, di tengah-tengah kebisingan, di tengah-tengah kegembiraan, di tengah-tengah kebersamaan, di tengah-tengah suasana persaudaraan, di tengah-tengah manusia.
Kau ada disana ya disana tersenyum bahkan tertawa bersama temanmu, sangat lucu rupamu, aku tidak bisa menahan senyum melihat wajah mu yang tanpa ekspresi ternyata bisa tersenyum selebar itu. Aku tertawa dalam hati melihat pemandang “langka” itu.
Kau orang yang sangat misterius, aneh, dan juga mungkin unik. Dia juga penyendiri sepertiku, kami berdua memiliki sifat yang hampir sama tapi bedanya dia cerdas dan bisa memanfaatkan peluang dengan baik, aku ingin tahu lebih banyak tentangnya tapi mana mungkin aku mengajak nya bicara duluan. Bukan! bukan karena gengsi tapi aku bukan tipe orang yang membuka pembicaraan duluan, aku tidak tahu harus memulai darimana, yah introvert!
Dan hari itu pertama kalinya aku sedekat itu dengan dia, samping, belakang, dan depan. Mungkin terdengar over confidence tapi yah itulah kenyataannya.
“Dan aku sangat kagum dengan tinggi seorang pria”, kataku pada temanku sambil memandangnya, temanku hanya memasang wajah poker face-nya karena heran dengan komentarku.
“Apa cuma itu yang bisa kau katakan? lihat dia dihadapanmu, aku ingin kau mengatakan hal yang masuk akal seperti............... ‘dia itu keren’ ”,
“Ya.. benar katamu”. Selanjutnya aku tidak memedulikan permainan futsal itu lagi, aku hanya mengamati pergerakannya dan dia itu lucu! suaranya saat tertawa dan berteriak juga lucu, dan aku sangat penasaran dengan matanya, bagaimana rupa matanya tanpa mengenakan kacamata ha-ha aku lagi-lagi terkikik geli dengan pemikiranku.
Perasaanku padanya? Entahlah, saat ini aku masih berada pada taraf kagum padanya dan menganggapnya sebagai kakak. Mungkin suatu saat bisa hilang atau sebaliknya bisa berkembang lebih dari kagum.