Kasih sayang itu apa? Kasih sayang itu untuk apa? Kasih
sayang itu untuk siapa? Seperti apa itu kasih sayang? Adakah kasih sayang yang
tulus? Kalau ada maka seperti apakah rasanya disayangi?
Lalu
kebencian itu apa? Rasa benci itu untuk apa? Untuk siapa? Seperti apa? Adakah
kebencian yang menyenangkan? Seperti apa rasanya membenci?
Lantas
adakah manusia yang tidak bisa merasakan keduanya? Bagaimana caranya? Bisakah?
Bisakah keduanya hilang?
Pertanyaan
itu terus mengiang-ngiang di pikirannya, dia mengurung diri di kamar memikirkan
semua itu, ingin rasanya dia lari, tapi kemana? Dia hanyalah seorang yang masih
sangat bergantung pada orang lain. Hah, rumit sekali. Penyebab semua itu adalah
sikapnya, tapi mau bagaimana lagi? Begitulah dia, seperti itulah dia,
seharusnya orang itu mengerti tak seharusnya dia berbisik-bisik jelek
tentangnya, dan parahnya Anak itu mendengarnya.
Harus
bagaimana? Kalau memang itu penyebabnya dia ingin mundur saja daripada seperti
ini tapi.. dia tidak bisa mundur lagi. Dia harus menahan semuanya, menahan
perasaan menjengkelkan itu, menghiraukan perkataan menyakitkan itu. Untuk semua
hal itu dia bisa, namun kali ini lain lagi, dia sangat membenci yang satu ini.
Siapa coba yang suka di bandingkan dengan orang lain? Apalagi kekuranganmulah
yang menjadi perbandingan, tidak ada! Dan dia sangat tidak ingin diperlakukan
seperti itu, baginya begitulah dia, dia adalah dia bukan orang lain.
Lalu
bagaiman ini? Apakah dia masih harus begini? Masih harus diam? Masih harus
sabar? Masih harus menahan? Siapakah yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
memuakkan ini? Ya dia, hanya dia yang bisa menjawabnya dan yang harus
dilakukannya adalah terus diam sampai mati rasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar