Teman

"Teman ada bukan untuk di lupakan." :)

Sabtu, 18 April 2015

Blue Sky

Blue Sky
Created by: Latipao

Ketika aku mulai lelah dan sejenak memandang ke arah langit, ah harusnya aku disuguhi dengan hamparan langit biru dengan awan bak kapas, nyatanya yang terhampar adalah awan hitam yang menggulung memancarkan kegelapan abstrak. Aku pun bersungut-sungut, bahkan langit tidak ingin meredakan rasa jengkelku. Biasanya kalau aku lagi dalam mood yang buruk aku selalu memandang langit kemudian terlelap. Setelah bangun aku merasa bisa menghadapi semua masalahku. Tapi yah sudahlah, walaupun langitnya tidak muncul setidaknya aku tidur saja barang sebentar. Yah ini memang hari yang benar-benar buruk.
***
                Nampak seorang gadis berlari-larian, seakan mengejar sesuatu. Ya, dia sedang mengejar waktu! Dia berlari tak keruan dan menabrak siapapun yang ia rasa menghalanginya. Ah, bus terakhir yang akan mengantarnya ke sekolah telah berangkat. ‘Oh shit! Kalau begini aku benar-benar akan terlambat’ gadis itu membatin. Terpaksa dia berlari menuju sekolahnya yang kira-kira jaraknya lumayan jauh.
                “Oh tidak! Sebentar paakk.. Masih sempat.” Gadis berambut aneh sebahu itu berlari sambil berteriak dan menjulurkan kakinya—mencegah agar pintu gerbang tak sempat tertutup. Alhasil kakinya terjepit di pintu gerbang. Pak satpam tak berniat menarik kembali gerbang tersebut.
                “Kamu lagi.. Kamu lagi,”
                “Hehe maaf pak, kali ini saya benar-benar punya alasan,”
                “Alasan apa? Semua alasan kamu Cuma ngeyel aja,
                “Eh pak ga percayaan banget deh. Tadi pagi saya salah makan roti pak, rotinya sudah kadaluarsa begitupun selainya, yah jadi saya mencret-mencret deh. Ini jujur lho pak.”
                “Halah udah minggir Bapak mau tutup gerbangnya, kamu udah telat. ”
                “Ayolah pak saya belum telat, gerbangnya belum tertutup rapat kan jadi belum sepenuhnya saya telat. Kaki saya masih masuk sepotong kok.”
                “Kalau begitu badan kamu ngga masuk kan? Jadi Cuma kakimu yang boleh masuk!”
                “Idih Bapak galak amat!” Gadis itupun memutar otak, mencari cara agar bisa lolos.
                “Eh pak lihat deh, MasyaAllah cantik banget ya si Nabila Syakieb.” Gadis itu berujar sambil menunjuk kearah seberang jalan—mengecoh si Satpam. Pak satpam itupun sontak menoleh. Binggo!
                “Mana? Mana?”
                Dengan sigap gadis itu membuka paksa gerbang dan berlari sekencang yang ia bisa. Akhirnya ia lolos juga. Tinggal 1 rintangan lagi...
Sesampainya dikelas gadis yang berbody agak tambun itu segera membuka pintu kelas XI-IPA2
Ceklek!
“Assalamualaikum bu, maaf kali ini saya terlam—” belum sempat si gadis menyelesaikan ucapannya sang Ibu guru buru-buru memotongnya.
“Tunggu diluar sampai pelajaran ibu selesai.”
Tenoot! Lampu merah!
Sekarang dia dikeluarkan, nampaknya rintangan kali ini memang sulit untuk dilewati. Pelajaran pertama, Kimia—yang notabene pelajaran favoritnya—ia lewatkan. Dengan enggan sang gadis melangkah keluar—dengan langkah yang berat pastinya. Dia benar-benar malu! Ah, teman-temannya pasti menertawaknnya. Mana punya muka dia bertemu dengan mereka. Apalagi Bu Guru yang ‘mengusirnya’ adalah guru kesayangannya, dan dia juga merupakan salah satu murid andalan si Ibu Guru. Mengingat hal itu membuat sang gadis meninggalkan tempatnya. Dia menaiki tangga menuju atap sekolah. Merebahkan tubuh. Merenungi kesalahannya. Terlelap. Dan berharap ini semua hanyalah mimpi buruk.
***
“Ekhem.. EKHEMMM.”
“Huh, berisik!”
“Jangan tidur ditempat terbuka seperti ini!”
“Eh? Kak Kadrii???” sang gadis kaget dengan seseorang yang ada dihadapannya.
“Apa?” Si cowok bernama Kadri itu berkata sambil melotot.
“K-Kenapa kenapa kau ada disini?” Cewek berkulit hitam manis itu tergagap—bukan gaya dia banget.
“Memangnya kenapa? Inikan sudah istirahat,”
“Haaa?? Aku melewatkan 4 jam pelajaran!” Si gadis bermahkota hitam legam itu lagi-lagi terlonjat kaget.
“Siapa suruh tidur disini, ditempat terbuka lagi, dan juga ini lagi mendung nona. Kalau hujan bagaimana? Mana kau tidur kayak kerbau lagi!” Rentetan kalimat mengalir keluar dari mulut Sang kakak kelas. Mengomeli adik kelas yang masih melongo. Namun, gadis itu tak mengindahkan kata-kata sang senior. Ia malah lari terbirit-birit menuju kelasnya—meninggalkan sang senior yang masih jengkel, sambil menyunggingkan sebuah senyum tipis.
To be continued......




Cerpen pertama yang menggunakan kata-kata yang ngga baku. Masih pemula jadi wajar kalo cerpen saya masih rada-rada gaje dan typo bertebaran. Enjoy it!
-Lathifah Nur Ikarini-

Rabu, 18 Februari 2015

Setetes Semangat Dalam DJAa

Setetes Semangat Dalam DJAa
Karya : Lathifah Nur Ikarini


Suara gemercik air yang disebabkan oleh turunnya hujan bertambah riuh oleh suara hentakan sepatu, 4 pasang kaki terlihat sedang berlari menghindari hujan, namun bukan hanya itu mereka terlihat sedang mengejar sesuatu . Ya, mereka terlambat menghadiri sebuah acara  yang diadakan sehari yang lalu. Tiga orang anak–dua perempuan dan seorang lelaki­–yang berumur belasan tahun serta seorang lagi berumur empat puluhan sedang berlari menuju ruangan. Ruangan tersebut nampak seperti asrama.
Ketiga anak tersebut lalu segera melakukan registrasi dan mengganti pakaian di kamar yang sebelumnya telah ditunjukkan oleh panitia. Anak lelaki tersebut lebih dulu tiba di aula disusul kedua anak perempuan.
Ketiga anak itu mengikuti Diklat Jurnalistik Abu-abu yang diadakan oleh Lembaga Profesi UNM Makassar. Namun dikarenakan seleksi olimpiade kabupaten dan pembukaan DJAa bertepatan yakni 11 Februari 2015, maka mereka memilih olimpiade dan menyusul mengikuti DJAa.
Anak lelaki berambut plontos, kurus, dan bermuka aneh bercampur lucu sangat serius mengikuti materi padahal biasanya dia sangatlah heboh dan meriah, dia menjadi pendiam. Namun setelah pembagian kelompok pada hari ke-3 pelatihan dia telah kembali pada fase awalnya. Dia menjadi hyperaktif kembali, bagaikan sebuah bunga yang kembali mekar setelah berhari-hari tak diberi air.
Anak perempuan bertubuh mungil, langsing, memiliki mata yang indah, dan senyum manis yang merekah, suara yang merdu dan bernada friendly terlihat fine-fine saja dengan hari pertamanya, dia terlihat akrab dengan semua orang yang ditemuinya. Sepertinya dia dapat beradaptasi dengan baik.
Anak perempuan yang terakhir bertubuh agak tambun, berkulit sawo matang, matanya bulat, bulu matanya melengkung keatas membentuk setengah lingkaran,  cewe yang satu ini sangat pemalu pada orang dan lingkungan baru. Baginya sesuatu yang baru itu “menakutkan” dia gagal beradaptasi dengan cepat sehingga selalu merasa sendiri karena tidak mampu mengikuti arus, seperti siput. Kini kesendirian menghantuinya. Pertanyaan-pertanyaan aneh dibenaknya bermunculan dengan sendirinya mengikis rasa percaya dirinya perlahan-lahan. Namun, dia masih memiliki kepercayaan pada dirinya meski hanya secuil yaitu dalam hal menulis. Dia  masih percaya diri mengungkapkan pemikirannya dalam tulisan. Dan disinilah dia di aula pelatihan DJAa dengan materi “Menulis Kreatif” yang dibawakan oleh Andhika Mappasomba, orang yang sangat unik dan menarik, materi yang dibawakannya santai namun berkesan yang membuat peserta mengerti.
“Ketika anda kehabisan kata-kata, just close your eyes and everything comes to you” tutur kak Andhika.
Kata-kata inilah yang memotivasi cewe itu untuk tetap menulis meski dia lamban, setidaknya dia tidak lamban dalam hal menulis, apalagi menulis karangan. Sepatah dua kata mengundang seluruh asa masuk dalam relungnya. Dia ingin menulis dengan tujuan menyampaikan sesuatu, sesuatu yang tidak bisa keluar dari mulutnya. Memang ada kata rapuh tapi semangat takkan patah.
Gadis  pemalu ini terus memacu hingga sampai yang dia bayangkan. Akhirnya ada yang menetesi semangat dalam hatinya yang suram setelah mengikuti kegiatan DJAa.     




Alhamdulillah Juara 3 lomba menulis cerpan (DJAa)
Thanks to Suardi (SMK 3 Pinrang) yang bersedia "memasukkan" motto hidupmu, hehe :D, makasih juga sudah mau edit cerpenku :D

Cerpen ini spesial buat seluruh alumni DJAa 2015, Rindu kalian~ :''''

Rabu, 04 Februari 2015

Seperti apa?

                Kasih sayang itu apa? Kasih sayang itu untuk apa? Kasih sayang itu untuk siapa? Seperti apa itu kasih sayang? Adakah kasih sayang yang tulus? Kalau ada maka seperti apakah rasanya disayangi?
                Lalu kebencian itu apa? Rasa benci itu untuk apa? Untuk siapa? Seperti apa? Adakah kebencian yang menyenangkan? Seperti apa rasanya membenci?
                Lantas adakah manusia yang tidak bisa merasakan keduanya? Bagaimana caranya? Bisakah? Bisakah keduanya hilang?
                Pertanyaan itu terus mengiang-ngiang di pikirannya, dia mengurung diri di kamar memikirkan semua itu, ingin rasanya dia lari, tapi kemana? Dia hanyalah seorang yang masih sangat bergantung pada orang lain. Hah, rumit sekali. Penyebab semua itu adalah sikapnya, tapi mau bagaimana lagi? Begitulah dia, seperti itulah dia, seharusnya orang itu mengerti tak seharusnya dia berbisik-bisik jelek tentangnya, dan parahnya Anak itu mendengarnya.
                Harus bagaimana? Kalau memang itu penyebabnya dia ingin mundur saja daripada seperti ini tapi.. dia tidak bisa mundur lagi. Dia harus menahan semuanya, menahan perasaan menjengkelkan itu, menghiraukan perkataan menyakitkan itu. Untuk semua hal itu dia bisa, namun kali ini lain lagi, dia sangat membenci yang satu ini. Siapa coba yang suka di bandingkan dengan orang lain? Apalagi kekuranganmulah yang menjadi perbandingan, tidak ada! Dan dia sangat tidak ingin diperlakukan seperti itu, baginya begitulah dia, dia adalah dia bukan orang lain.
                Lalu bagaiman ini? Apakah dia masih harus begini? Masih harus diam? Masih harus sabar? Masih harus menahan? Siapakah yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan memuakkan ini? Ya dia, hanya dia yang bisa menjawabnya dan yang harus dilakukannya adalah terus diam sampai mati rasa.


Senin, 26 Januari 2015

Masa Kecil Anak Itu


Pandangan menyedihkan itu terarah padanya, pandangan merendahkan itu terus terarah padanya, pandangan menjijikkan itu lagi-lagi terarah padanya. Perasaan apa ini? Perasaan terasing yang aneh ini. Mereka kenapa? Ada apa? Salah apa? Dia hanya melakukan apa yang ada dipikirannya, itu saja!
Lantas apa artinya ini? Seakan-akan mereka menghakimi seorang anak kecil tak berdaya itu, mengasingkannya, seakan dia tidak ada.
Anak itu heran, teramat sangat heran.
 “Bolehkah aku bergabung ?” cicitnya, lalu perlakuan tak enak itu terjadi lagi, mereka mengabaikannya.
“Ada apa ?”
Anak itu terus sendiri, menjadi pendiam, tak ingin tahu sekitarnya. Dia tumbuh menjadi anak yang tertutup. Dia berjuang, membuktikan diri bahwa dia bisa, membuktikannya bahwa mereka akan menyesal telah mengasingkannya. Dia tidak membuat onar agar mendapat perhatian, tidak. Dia memulai dengan belajar, dia memulai dengan menjadi bintang kelas, dia memulai dengan menjadi anak yang pintar.
Dia bisa, ya dia bisa sendiri tak butuh teman!
Akhirnya mereka melihat keberadaannya, mereka mengakuinya bahwa dia bisa. Anak itu mulai memiliki banyak teman ya hanya teman. Anak itu tidak menganggap mereka tulus dia masih merasa bahwa mereka menerimanya karena dia bisa, dia pintar.
Dia terus melanjutkan perjalanan hidupnya, melihat teman yang sesungguhnya, melihat teman yang bisa membuatnya tertawa, ya teman, hanya teman yang tulus. Seiring berjalannya waktu mereka pasti akan datang, pergi, datang lalu pergi lagi, Anak itu pasti bisa bahagia dengan temannya.

Minggu, 25 Januari 2015

TENTANG DIA?

Sore itu di tengah keramaian, di tengah-tengah kebisingan, di tengah-tengah kegembiraan, di tengah-tengah kebersamaan, di tengah-tengah suasana persaudaraan, di tengah-tengah manusia.
Kau ada disana ya disana tersenyum bahkan tertawa bersama temanmu, sangat lucu rupamu, aku tidak bisa menahan senyum melihat wajah mu yang tanpa ekspresi ternyata bisa tersenyum selebar itu. Aku tertawa dalam hati melihat pemandang “langka” itu.
Kau orang yang sangat misterius, aneh, dan juga mungkin unik. Dia juga penyendiri sepertiku, kami berdua memiliki sifat yang hampir sama tapi bedanya dia cerdas dan bisa memanfaatkan peluang dengan baik, aku ingin tahu lebih banyak tentangnya tapi mana mungkin aku mengajak nya bicara duluan. Bukan! bukan karena gengsi tapi aku bukan tipe orang yang membuka pembicaraan duluan, aku tidak tahu harus memulai darimana, yah introvert!
Dan hari itu pertama kalinya aku sedekat itu dengan dia, samping, belakang, dan depan. Mungkin terdengar over confidence tapi yah itulah kenyataannya.
“Dan aku sangat kagum dengan tinggi seorang pria”, kataku pada temanku sambil memandangnya, temanku hanya memasang wajah poker face-nya karena heran dengan komentarku.
“Apa cuma itu yang bisa kau katakan? lihat dia dihadapanmu, aku ingin kau mengatakan hal yang masuk akal seperti............... ‘dia itu keren’ ”,
“Ya.. benar katamu”. Selanjutnya aku tidak memedulikan permainan futsal itu lagi, aku hanya mengamati pergerakannya dan dia itu lucu! suaranya saat tertawa dan berteriak juga lucu, dan aku sangat penasaran dengan matanya, bagaimana rupa matanya tanpa mengenakan kacamata ha-ha aku lagi-lagi terkikik geli dengan pemikiranku.
Perasaanku padanya? Entahlah, saat ini aku masih berada pada taraf kagum padanya dan menganggapnya sebagai kakak. Mungkin suatu saat bisa hilang atau sebaliknya bisa berkembang lebih dari kagum.

Rabu, 16 April 2014

Jagung unik bak permata (Glass Gem Corn)




                Eits, jangan salah sangka dulu setelah melihat gambar di atas. Gambar diatas asli bukan photoshop. Bagi yang pertama kali melihat jagung ini pasti heran karena pada umumnya jagung berwarna kuning keemasan atau kuning kemerahan, namun seorang petani asal Amerika Serikat berhasil mengembangkan jagung unik dengan warna-warni seperti pelangi. Cerita ini dimulai oleh Carl Barnes, seorang Amerika keturunan Indian Cherokee dan Skotlandia. Barnes dikenal memiliki bakat dalam hal pembibitan jagung – kemampuannya dalam memilih dan mengolah benih mampu menghasilkan jagung dengan warna-warni yang unik.
             
 

              Pada tahun 1994, Barnes bertemu dengan Greg Schoen dalam sebuah acara pertemuan petani tanaman lokal dan herbal. Mereka berdua kemudian saling bercerita pengalamannya dalam pertanian jagung. Ketertarikan dan passion dalam pertanian jagung telah membentuk sebuah ikatan.
            Seperti dilansir dari Metro, sebelum meninggal, Carl menurunkan rumus penyilangan itu kepada Greg Schoen yang kemudian menyerahkan bibitnya kepada Bill McDorman untuk dikembangkan di pembibitan di Arizona. Bill sendiri adalah ketua yayasan yang melindungi warisan agrikultur suku asli Amerika.
Kini bibit Glass Gem Corn sudah bisa dibeli melalui online dengan harga US$ 7.95 atau sekitar Rp 80 ribu per paket. Meski demikian, jagung ini tidak dianjurkan untuk dimakan langusng, tetapi di olah menjadi popcorn atau tepung.



            Seperti penampilannya, jagung ini diberi nama Glass Gem Corn yang merupakan varietas khusus. Carl Barnes mencoba untuk menyilangkan jagung yang memiliki biji-biji berwarna tersebut. Selama bertahun-tahun Carl terus menyilangkan hingga akhirnya bisa mendapatkan warna berbeda-beda dalam satu buah jagung.